Silaturahmi dan Konsolidasi Civitas Akademika IAILM Suryalaya
BERTEMPAT di Aula II Gedung Tarminah Bhakti. Selepas Palantikan Rektor dan Pimpinan di Lingkungan IAILM Masa Khidmat 2021-2025 dilangsungkan acara “Silaturahmi dan Konsolidasi Civitas Akademika IAILM Suryalaya”. Silaturahmi dibuka Pidato Rektor terpilih, Dr. Asep Salahudin, MA, dilanjutkan penyampaian gagasan dari para pimpinan IAILM yakni Dr. M. Kodir, MS (Wakil Rektor I), Dr. H. Suhrowardi, MAg (WakilRektor III), Dr. H. Jamaludin, MAg (Dekan Fakultas Syariah), Drs. Ma’turidi, MSI (Dekan Fakultas Dakwah), Drs. Nurhamzah, MSI (Dekan Fakultas Tarbiyah), Dr. Wawan Kusnawan, MSI (Direktur Pascasarjana), Dr. Asep Hamdan Munawwar, MSI (Ketua LPM), dan Edwin Hadian,SE, MM (Ketua LPPM). Dilanjutkan dialog terbuka dengan civitas akademika IAILM.
Dalam pidatonya yang berjudul, “Silaturahmi dan Konsolidasi Civitas Akademika IAILM Suryalaya Tasikmalaya: Membangun “Pengharapan” dan Menumbuhkan Daya Imajinasi Kolektif Mengenai Masa Depan”, Asep Salahudin mengatakan, “Baru saja kita mendapatkan amanah untuk bersama-sama memajukan kampus IAILM Suryalaya Tasikmalaya. SK yang diterima sesungguhnya melambangkan tentang keputusan bahwa kita yang dipercaya menduduki tampuk pimpinan dalam skala apa pun melekat di dalamnya sebuah tanggung jawab untuk membangun “pengharapan” dan menyuntikkan daya imajinasi kolektif mengenai masa depan. Di hadapan Guru Agung Pangersa Abah Anom, Keluarga Besar Pondok Pesantren Suryalaya, Civitas Akademika, dan tentu secara metafisis kepada Allah Yang Maha Kuasa. Kullukum ra’in wa kullukum mas’ulun ‘an raiyyatihi. Tanggung jawab bahwa di pundak kita terletak maju dan mundurnya lembaga ini. Tanggungjawab yang harus “dikonversikan” dalam bentuk policy bahkan legacy yang mendukung sebuah upaya hadirnya lembaga pendidikan sebagaimana yang diinginkan.”
Kaitannya dengan konsolidasi, Rektor menegaskan, “Soliditas itu sudah semestinya dijangkarkan pada tiga keutamaan:(1) Kohesivitas. Keterpaduan yang diikat pada visi masa depan yang diperjuangkan penuh kesungguhan; Kebersamaan untuk mengusahakan terealisasinya Misi dan Tujuan yang terbimbing peta jalan yang jelas.(2) Konektivitas. Keterhubungan yang disambungkan lewat cita-cita bersama yang lebih baik; Konektivitas ini hari ini semakin tidak mengalami kesulitan sebab “ruang” dan “waktu” dilipat dalam algoritma digital.(3) Solidaritas. Terpaut lahir dan batin. Sabilulungan dalam semangat kerjasama dan saling mengingatkan sekaligus saling menguatkan.”
“Ketiga hal tersebut dipancangkan pada alas spirit kolaborasi dan sinergi. Semua tak berdiri sendiri. Setiap lini (institut, fakultas, program setudi, lembaga, dan seterusnya saling terhubung dan tak terpisahkan). Sebagaimana terhubungnya aspek pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat yang menjadi roh Tri Darma Perguruan Tinggi,” jelasnya.
Kaitannya dengan situasi sosial yang masih dihantui Pandemik yang juga menimpa dunia pendidikan, Asep Salahudin, menyampaikan ulasan, “Kehadiran kita sebagai pimimpin di kampus IAILM hari ini juga secara sosial ditandai virus corona-19 yang belum hengkang, bersifat pandemik, keras kepala bahkan bermutasi. Covid-19 yang membawa banyak persoalan dan menyisakan jejak beragam pengalaman: kesedihan, ketakutan, kerisauan, kehamapaan, kerapuhan, kehilangan bahkan kematian. Dramatik, traumatik sekaligus tragik. Pandemi yang membuat banyak kalangan harus mengoreksi banyak hal termasuk memeriksa kembali optimisme, krisis yang sungguh bersifat global dan tak terbayangkan sebelumnya. Virus yang nampaknya membuat kehidupan menjadi semakin tidak mudah. Virus yang tidak hanya terkait aspek kesehatan namun juga terpaut dengan seluruh dimensi kehidupan termasuk Perguran Tinggi. Virus yang bikin semua menjadi panik. Pan(dem)ik. Kita dipaksa beradaptasi dengan zaman normal baru yang nyaris sepenuhnya tidak mencerminkan kenormalan. Proses pembelajaran dan segenap peristiwa akademik lainnya siap atau tidak siap dengan segala kekurangan dan kelebihanya terpaksa harus bermigrasi ke dunia maya.”
“Krisis ini tentu saja tidak semestinya membuat kita kemudian terpuruk, pesimis dan murung. Justru sebaliknya, krisis menjadi awal melakukan lompatan yang jauh. Menjadi titik balik melejitkan potensi diri untuk kemajuan institusi. Setiap kesulitan, menyimpan kemudahan. Inna ma’al usri yusra,” tuturnya
Kemudian diteguhkan bahwa “tanbih” adalah platform tempat kembali masyarakat pada hakikat kehidupan yang sejati, “Agar krisis, masalah, dan segenap tantangan itu bisa menjadi peluang, minimal tiga rute yang menjadi trajek bersama: (1) Mobilisasi. Mengerahkan semua kemampuan untuk meraih tujuan; (2) Orkestrasi. Memainkan peran secara kreatif dan inovatif; (3) Based-ecosystem. Membangun ekosistem akademik, digital, kerja, relasi yang nyaman dan saling memotivasi. Nilai-nila universal yang tertera dalam “tanbih” menjadi platform untuk menuntaskan banyak hal. Tempat kita kembali menemukan hakikat persoalan.”
Dikatakan juga bahwa, “Kita melangkah tidak berangkat dari titik nol apalagi miang dari ruang hampa, tetapi yang cukup menggembirakan kita memiliki modal spiritual memadai, mempunya ajaran Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah. Modal spiritual yang pada gilirannya akan menjadi “lem ideologis”, perekat sekaligus penyangga modal lainnya: modal kultural, modal sosial, modal sumber daya manusia, dan seterusnya.”
Di akhir pidatonya Rektor menyampaikan harapan sekaligus ajakan bersama untuk menatap masa depan secara optimistik dengan langkah terukur dan peta jalan yang jelas. “Semoga silaturahmi dan konsolidasi civitas akademika IAILM ini membawa kebaikan bersama. Mengorbitkan keteguhan, kesabaran, kesungguhan dan imajinasi. Apa yang terbaik dalam diri kita, sesungguhnya terletak dalam apa yang kita perjuangkan untuk kita dan masa depan kampus IAILM ini. Berjalan beriring ke arah masa depan yang tepat yang dikehendaki bersama. Masa depan kampus ini adalah cara kita berhubungan dengan sejarah. Panta rhai. Semua mengalir. Juga waktu. Harapannya aliran ini bermuara pada lautan makna. Pada limpahan keberkahan dari Pangersa Guru Agung Syaikh K.H. Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin radiyallahu anh.” (Rabu, 27 Januari 2021)