MENKOPOLHUKAM, MENGISI HALAQOH KEBANGSAAN DI IAILM

WhatsApp Image 2023-10-07 at 17.35.27

Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Republik Indonesia, Prof. Dr. HM. Mahfud MD (Sabtu 07/10/2023) mengunjungi kampus Instiut Agama Islam Latifah Mubarokiyah (IAILM) Pondok Pesantren Suryalaya. Kehadiranya dalam rangka mengisi halaqoh kebangsaan yang mengusung tema mewujudkan pemilu 2024 yang demokratis, merawat kebhinekaan.

Halaqoh kebangsaan digelar di gedung serba guna sukriaya bakti kampus Latifah Mubarokiyah Suryalaya Tasikmalaya diikuti 750 orang perwakilan dari 250 pondok pesantren, majis taklim, organisasi kemasyarakatan di wilayah kabupaten/kotaTasikmalaya, Garut, Ciamis, Banjar, dan Majalengka, mahasiswa, dosen, serta pimpinan lembaga di lingkungan pondok pesantren Suryalaya Tasikmalaya. Sebelum mengisi halaqoh, Menkopolhukam melakukan kunjungan di pondok pesantren Suryalaya Tasikmalaya diterima pimpinan pondok, KH. Baban Ahmad Jihad SB. Ar. dan berziarah di makam Abah Sepuh (Syaikh KH. Abdullah Mubarak Bin Nur Muhamad) dan Abah Anom (Syaikh KH. Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin).

Dalam halaqohnya, Mahfud menyinggung tentang nilai kebangsaan dalam tanbih (wasiat Almarhum pendiri pondok pesantren Suryalaya, Abah Sepuh). Berbicara kebangsaan, saya tadi dengan serius menyimak isi tanbih dan himne mars Latifah Mubarokiyah. Dalam tanbih yang dibacakan dan himne mars Latifah Mubarokiyah tersebut disebutkan beberapa kali kata agama dan negara. Agama dan negara merupakan dua hal yang menjadi nilai kebangsaan. Kita tahu bahwa Negara kesatuan Republik Indonesia merupakan produk ijtihad para pendiri bangsa yang sejalan dengan nilai-nilai syariat Islam bahwa negara dan agama bisa dijadikan padangan bersama dan bersatu dalam membangun kehidupan masyarakat dan umat manusia. Dia juga mengutif perkataan Imam Ghazali, agama dan negara meruapkan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan.  Oleh karenanya, tanbih menjadi warisan bagi bangsa Indonesia agar mampu bersatu membangun bangsa dan negara dalam perbedaan, tuturnya.

Lebih lanjut Mahfud menyampaikan, kita wajib bersyukur karena kita menjadi bangsa yang merdeka karena dengan kemedekaan kita bisa membangun bangsa. Kita juga bersyukur karena Indonesia adalah negara yang memiliki banyak perbedaan. Indonesia memiliki banyak suku, bahasa, pulau, dan agama. Perbedaan adalah ciptaan Allah SWT. Tugas kita adalah bagaimana membangun bangsa dan negara diatas kebhinekaan. Nabi Muhammad telah memberikan contoh bagaimana beliau membangun kota Madinah diatas agama dan tolerasi. Dalam pandangan Mahfud, pemilu merupakan wujud yang paling nyata dari demokrasi untuk memilih pimpinan. Pemilu bukan mecari musuh. Ketika pemilu telah menghasilkan pemimpin, maka pemimpin yang menang itu harus diterima sebagai keputusan rakyat. Oleh kareanya, kita wujudkan pemilu tahun 2024 nanti, pemilu yang demoktaris dengan senantiasa menghargai segala perbedaan.

Sebagai rektor, Dr. H. Asep Salahudin, M.Ag, berterima kasih kepada Menkopolhukam yang telah berkenan hadir dan mengisi halaqoh di IAILM. ‘’Saya ucapakan terima kasih kepada Pak Menko yang telah hadir dan berkenan menyampaikan materinya dalam acara halaqoh di IAILM. Saya juga berterima kasih kepada para pimpinan pondok pesantren dan majlis taklim, organisasi masyarakat dari lima kabupaten serta civitas akademika Latifah Mubarokiyah atas kehadiranya dalam halaqoh’’.

Dalam sambutanya Asep juga menyingung bagaimana hubungan antara Suryalaya dan Madura. Menurutnya, Suryalaya dan Madura memiliki hubungan secara bathiniah yang luar biasa. ‘’Kita tahu dalam hal amaliah tarekat Abah Anon bertabaruk (mengambil berkah) kepada Syaikhona Kholil di Bangkalan. Abah Anom mendapat ijazah shalawat bani haysim dari Syaikh Kholil. Tardisi tabaruk itu sampai sekarang terus dilanjutkan oleh murid-murid Abah Anom. Setiap tahun murid-murid Abah Anom berziarah ke wali songo sampai ke makam Syaikh Kholih di Bangkalan Madura.

Seperti Mahfud MD, Asep juga menyinggung tentang bagaimana peran Suryalaya dalam hal kebangsaan. Menurutnya, nilai kebangsaan di pondok pesantren Suryalaya telah dirumuskan oleh pendiri pesantren Suryalaya, Abah Sepuh dalam tanbihnya. Kalimat harus taat terhadap agama dan negara dalam tanbih ditarik dalam satu helaan nafas. Bagi Ikhwan Suryalaya tanbih merupakan manifesto bagaimana kita ikut membangun agam dan negara secara bersamaan.

Bagikan

Facebook
Twitter
LinkedIn
Scroll to Top